Sabtu, 17 September 2016

Islam Memukul Istri (?)

Bismillahirrohmanirrohim, alhamdulillahirobbil ‘alamin washolatu wassalamu alla asrofil ambiyai mursalin wa ‘ala alihi washohbihi ajma’in. Ama bagd.

            Tulisan ini saya buat sebagai bentuk meluruskan sebuah opini yang mengatakan Islam berlaku kejam kepada istri. Menurut saya ini merupakan opini yang sangat membahayakan. Sangatlah picik mengatakan kalau Islam membolehkan berperilaku kejam kepada istri sedangkan ia belum mengatahui bagaimana sebenarnya yang di anjurkan dalam islam. Bahkan dalam sebuah hadist Nabi dijelaskan “sebaik-baik kalian (adalah) yang sikapnya paling baik terhadap perempuan-perempuan mereka (sendiri).” (HR. Tirmizi) tak hanya itu Imam Bukhari meriwayatkan hadis hasan dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw. Bersabda “mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya”
            Dalam mengeluarkan opininya, oknum-oknum tersebut menggunakan ayat Al’Qur’an adalah Surat An-Nisaa: 34. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Karena ada kata-kata pukullah maka mereka menganggap bersikap kejam kepada istri dianjurkan dalam islam.
            Pada kenyataannya tidaklah begitu, istri yang boleh dipukul adalah ia yang terdapat sikap nusyuz atau lebih umumnya adalah pelanggaran istri terhadap perintah dan larangan suami secara mutlak yang dapat menghancurkan rumah tangga. Namun tak langsung ketika istri berbuat nusyuz langsung main pukul. Seperti yang diterangkan dalam surat tersebut. Pertama haruslah di nasehati secara baik-baik seperti sabda Nabi Muhammad Saw “berpesanlah kepada perempuan dengan kebaikan” ketika seorang istri terdapat indikasi nusyuz hendaklah dinasehati dengan kata-kata baik dan lembut. Jika dinasehati tidak berpengaruh maka cara kedua, pisah ranjang untuk beberapa saat dengan tujuan agar sang istri dapat mengintropeksi diri dalam kesendiriannya. Ketika kedua cara sebelumnya tidaklah berhasil membawa istri ke jalan yang benar maka cara ketiga, ialah pukul istri yang berbuat nusyuz, namun dalam memukul Islam memiliki aturan. Yaitu haruslah sudah menasehati dan pisah ranjang namun sang istri tetap tidak mau kembali ke syariat Islam yaitu menuruti suami, lalu tidak memukul wajah, dan tidak boleh memukul dengan pukulan yang menimbulkan bekas atau membahayakan isterinya yaitu pukullah dengan pukulan yang tidak menyakitkan  seperti sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim “Dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai.” Lalu tidak dibolehkan untuk membencinya seperti dalam sabda Nabi Muhammad Saw. Yang diriwayatkan Imam Muslim “Laki-laki mukmin tidak boleh membenci perempuan mukminah. Jika ada sikap tertentu yang ia tidak suka, masih ada sikap lain yang ia suka”
            Bukanlah lebih baik memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan daripada berakibat hancurnya rumah tangga? Cara ini jauh lebih baik dari pada di zaman sebelum datangnya Islam. Dimana pada zaman yunani kuno perempuan hanya dipandang sebagai alat penerus generasi dan semacam pembantu rumah tangga serta pelepas nafsu seksual lelaki. Bahkan kaum lelaki saat itu mempercayai bahwa perempuan merupakan sumber penyakit dan bencana, serta penjual belian wanita sangatlah banyak saat sebelum Islam datang. Apakah masa itu yang kalian inginkan? Atau femenisme yang berupa kesetaraan gender? Mengapa setara sedangkan posisi wanita sangatlah disanjung dalam Islam? Kedudukan wanita tiga kali diatas pria. Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:  Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik? Rasulullah saw. menjawab: Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah Saw. menjawab: Kemudian ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah Saw. menjawab: Kemudian ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah Saw. menjawab lagi: Kemudian ayahmu. Apa yang mau disetarakan sementara kalian jauh lebih hebat? Bahkan surga ada dibawah telapak kakimu kelak.
            Sekian yag dapat saya sampaikan, saya mohon maaf jika terdapat kesalahan di dalamnya. Semoga tulisan ini dapat membantu bagi kalian yang belum mengetahui.

Islam dan Toleransi

Bismillahirrohmanirrohim, alhamdulillahirobbil ‘alamin washolatu wassalamu alla asrofil ambiyai mursalin wa ‘ala alihi washohbihi ajma’in. Ama bagd.
Saya membuat tulisan ini karena sebuah keresahan yang terjadi diantara umat beragama di indonesia yang merasa bahwa Islam tidaklah memiliki toleransi. Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa karena Indonesia mayoritas adalah umat Islam maka Islam bersikap semena-mena. Bahkan ada yang komentar disalah satu media sosial “kalian selalu menyebutkan agama islam adalah agama perdamaikan, namun mana buktinya.” Sungguh sebagai muslim saya merasa sedih melihatnya, sayapun bukanlah muslim yang taat, namun dengan kerendahan hati saya meminta maaf atas tindakan saya atau saudara seiman saya yang lain jika kami tidak menunjukan cahaya cinta dari agama kami kepada kalian. Doakan kami agar semakin beriman dan menunjukan cahaya Islam pada semua umat di muka bumi.
Islam dan toleransi, sesungguhnya Islam memanglah agama cinta, sebuah agama perdamaian. Dalam sebuah ayat Al-Qur’an pun disebutkan "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan berbangsa-bangsa,dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yg paling mulia di antaramu disisi Allah ialah orang yg paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal."(Q.S al hujuraat: 13) Dari sebuah ayat diatas kita umat muslim dianjurkan untuk saling kenal mengenal, saling bersilaturahmi sesama manusia dan tidaklah derajat manusia dilihat dari suku-suku tersebut, semua manusia sama yang membedakan adalah ketakwaan terhadap Allah.
Toleransi dalam Islam tak hanya ditunjukan  lewat ayat Al-Qur’an saja. Tetapi perilaku tersebut dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw, sahabat-sahabat Nabi dan juga mereka yang menaruh Al-Qur’an dan Hadist Nabi di hatinya. Beberapa kisahnya antara lain ketika di sudut pasar Madinah Al-Munawarah ada pengemis Yahudi buta, tiap hari ketika ada seseorang yang mendekatinya ia selalu mengatakan "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah Saw mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah Saw menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau Saw wafat. Inilah Islam penuh kasih sayang yang ditunjukan Rasulullah SAW kepada kita. Kasih sayang bahkan terhadap orang yang mencacinya.
Tak hanya berhenti sampai di Rasulullah SAW, namun kasih sayang beliau menular kepada sahabat-sahabatnya. Suatu ketika ketika Umar Al Khattab membebaskan Jerusalem dari penjajahan romawi timur. Sikap adil ditunjukan oleh Umar Al Khattab pada penduduk kota Jerusalem dengan memberikan hak non muslim kepada mereka. Kutipan perjanjiannya sebagai berikut :
“Umar memberikan jaminan terhadap jiwa mereka, harta, gereja-gereja, salib-salib, orang-orang yang lemah, dan mereka tidak dipakasa meninggalkan agama mereka. Tidak ada seorang pun diantara mereka yang merasa terancam dan diusir dari Jerusalem. Dan orang-orang Yahudi tidak akan tinggal bersama mereka di Jerusalem. (Ini adalah permintaan penduduk Jerusalem, karena penduduk Jerusalem sangat membenci orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi membunuhi tawanan Nasrani di wilayah Persia. Sampai ada riwayat yang menyebutkan, Umar menjamin tidak ada Yahudi yang lewat dan bermalam di Jerusalem).” Umar Al Khattab menunjukan toleransinya lewat perjanjian yang tujuannya adalah melindungi non-muslim dan memberikan kebebasan beragama dibawah kepemimpinan Islam.

            Begitulah Islam, bukanlah semakin religius seorang muslim ia menjadi teroris, melainkan akan menjadikannya semakin humanis. Masih banyak lagi sikap toleransi yang ditunjukan oleh islam, bahkan di Indonesia ketika Islam datang dan merayakan Idul Adha umat muslim menggantinya dengan kerbau karena mengetahui sapi masih dianggap sebagai binatang yang sakral karena dulu mayoritas beragama hindu-budha. Sungguh banyak sekali jika harus membeberkan sikap toleransi dalam Islam. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi mereka yang belum mengetahui. Jika ingin mengetahui Islam, lihatlah Al-Qur’an dan lihatlah sejarah Nabi Muhammad Saw. Disana akan ada cahaya Islam yang penuh cinta dan kasih.

Kamis, 01 September 2016

Rindumu Semestaku

Rindumu mulai mengusikku
Diantara kata, kau hadir menjadi sajak
Menyelinap dalam senyap
Mencipta puisi lewat sepi
Bersama tatap yang teduh
Membuatku jatuh tanpa harus terbunuh
Dengan mantra senyum itu,
Mampu mengubah manis menjadi rindu
Akupun ingat suara itu,
Lemburan cinta dan kasih yang beradu
Padamu,
Aku tertawan secara ikhlas,
Berharap semestaku ialah kamu