Engkau masih saja memikat
Waktu itu langit berwajah jingga
Diiringi tarian anggun burung gereja
Pesona senja turun pelan dari anak tangga
Lengkungan gincu merah jambu
Membuatnya semakin lucu
Sepasang kejora hadir
Dalam sebuah bingkai jendela mata
Angin senang menyapanya,
Meniup halus hingga berkibar kerudungnya
Jika filsuf mencari hakikat cantik,
Akan ku bawa kau sebagai simbol kecantikan
Jika cendikiawan bermusyawarah tentang keindahan,
Tak perlu ku jelaskan karena kau lebih dari indah
Ahh, kau ini
Selalu saja mampu memikat,
Bahkan pada dinginmu yang pekat
Senin, 29 Agustus 2016
Masih Saja Memikat
Minggu, 28 Agustus 2016
Hai!
Hai kamu,
Orang yang baru ku kenal
Namun tak kunjung tanggal
Diiringi pohon yang berayun anggun
Serta gerimis yang beralun ritmis
Kau menyelinap dalam senyap
Menjelma bagai puisi dalam nyanyian sunyi
Hey kau,
Aku masih ingat tatap itu,
Sangat teduh, tempat yang tepat untuk berkeluh
Masih terekam lengkungan itu,
Tanpa warna, namun jauh lebih bermakna
Aku juga masih hafal suara itu,
Lagu terbaik dalam melodi tercantik
Padamu,
Aku tertawan secara ikhlas padamu
Dan mencintaimu,
Layaknya seorang penyembah pada sesembahannya
Sabtu, 27 Agustus 2016
KasihMu
Pencarianku terlalu melelahkan
Dan kehadiranMu selalu menyertai
Hawa nafsuku menyala
Namun tanah merah isyarat fana
Perjalananku jauh nan pedih
Padahal tujuanku sedekat nadi
Bagaimana kering di tengah oase?
Bagaimana terkulai di samping sandaranNya?
Bagaimana tersesat jika semua adalah pedoman?
Bagaimana ragu saat semua ialah pertandaNya?
Aku dalam kegelapanku
Dan Engkau terangkan dengan Rahmaanir Rahiim