Malam ini saya menulis dengan hati yang runtuh. Hati yang tengah berduka
melihat Negaraku yang kian memburuk karena asing-asing yang tengah menggerogoti
negara ini. Politik pecah belah dipakainya, taktik lama yang masih ampuh sampai
sekarang. Berbagai kasus seakan dibuat viral. Masyarakat dibuat semakin sensitive
hingga lupa dengan siapa musuh sebenarnya. Siapa yang harus dilawan dan dengan
apa kita dapat kuat. Kasus penistaan agama yang kini bahkan membuat konflik
antar umat terus berjalan. Sesama muslim saling mengkafirkan, sesama Indonesia saling
menggumpat, sesama manusia semakin hilang rasa kemanusiaan. Mereka yang
melakukan perjuangan menyalahkan mereka yang memilih bersabar. Mereka yang
berdiam seolah sabar menyalahkan mereka yang tidak bisa bersikap tenang. Manusia-manusia
yang merasa intelektual hanya mengatakan ini sebagai kepentingan politik hingga
mengatakan bodoh orang yang melakukan pergerakan. Mereka yang merasa benar
malah menjadikan ini sebagai bahan lelucon. Mereka yang berbeda ras, etnis,
agama, ideologi sekarang menjadikan itu sebagai bahan perpecahan. Lalu, mereka yang
ingin merebut kekuasaan tertawa, menatap betapa mudahnya manusia Indonesia untuk
dipecahkan. Betapa rapuhnya Indonesia untuk dihancurkan
dari dalam.
Malam
ini saya menulis dengan jiwa yang terkoyak. Merah putih sebagai rumah yang
selalu ku banggakan sedang diobrak abrik dengan mereka, sisi gelap dunia. Tak peduli
siapapun yang harus dihancurkan, dan target yang pilih kini ialah Indonesia. Rumahku.
Dimana manusianya kini telah hilang jiwa pancasilanya. Entah apa yang kalian
anut, apapun itu kita tetap bagian dari Indonesia, kita tetap Pancasila. Kita tetap manusia yang seharusnya
memperlakukan manusia sebagaimana ingin di perlakukan. Kita tetap saudara,
walaupun bukan dalam agama, ras, budaya, kita tetaplah saudara dalam
kemanusiaan. Kenapa kita terpecah kini? Kenapa kita menyatakan perang kepada
saudara kita? Bukankah sesuatu yang salah harusnya dibenarkan? Lalu mengapa
kita malah saling memusuhi? Sadar kawan, ini lah yang diharapkan mereka. Inilah
yang diharapkan untuk menghancurkan bangsamu dari dalam kawan. Sadarlah.
Malam
ini saya menulis dengan satu buah harapan kepada kalian yang mungkin membaca. Kawan,
saya meridnukan Indonesia yang selalu diceritakan kakek ku. Aku merindukan Indonesia
yang masyarakatnya bahu membahu membangun rumah ibadah bersama, saling
toleransi dan menghormati agama lain. Bukan malah menistakan. Aku membayangkan tiap manusia menjalankan
ibadah sesuai kepercayaannya hingga menjadi manusia Indonesia yang tersenyum
sesuai sila pertama. Aku membayangkan para pihak penguasa dan tiap masyarakat
dapat saling memanusiakan manusia dengan cara yang beradap hingga menjadi
manusia Indonesia yang tersenyum sesuai sila kedua. Aku membayangkan tiap warga Indonesia, tiap
suku ras agama budaya menciptakan pelangi yang keindahannya bernama NKRI hingga
menjadikan manusia Indonesia yang tersenyum, sesuai dengan
sila ketiga. Aku membayangkan kepada pemimpin bangsa, stop pencitraan, stop
media darling, stop memikirkan kekuasaan. Masyarakat hanya membutuhkan pemimpin
yang mencintai, dan sang pemimpin pun akan dicintai, hingga menjadi manusia Indonesia
yang tersenyum sesuai sila keempat. Aku membayangkan semua dari masyarakat Indonesia
untuk bersikap adil, bukan sama rata namun sesuai dengan porsinya, itulah
keadilan sehingga menjadi manusia Indonesia yang tersenyum sesuai sila kelima. Hingga akhirnya menciptakan INDONESIA yang tersenyum.
Sekali
lagi, untuk saudaraku di Indonesia. Masalah kita kini melawan mereka yang
tengah berupaya menguasai negeri ini, mereka yang tengah menjalankan plannya. Mengumbar
pernyataan kontroversial > menyulut kaum mayoritas > membuat tandingan
melawan kaum mayoritas > membuat kaum minoritas merasa tak adil > membuat pihak yang merasa intelektual muak dengan
permasalahan > dan ketika sesama saudara saling membunuh, rumahpun akan
diambil. Dan sebelum itu terjadi, sebaiknya kita ingat lagi apa yang dikatakan
Ir. Soekarno pada saat dikudeta oleh sahabatnya “Tahu kamu kalau aku ngomong blak-blakan. Aku yakin akan terjadi perang
saudara. Kalau perang dengan bangsa lain, kita bisa membedakan fisiknya. Tapi
dengan bangsa sendiri, itu sangat sulit. Lebih baik aku robek diriku sendiri,
aku yang mati daripada rakyatku yang perang. Aku tidak sudi minta suaka ke
negeri orang”
Hidupkan lagi Indonesia.
#SatuIndonesia
#Indonesiasatu
